Eulogi
Dr. Andar Ismail: Selamat Berlabuh Sosok Inspiratif
Banyak orang bisa menulis tapi tidak semua penulis bisa menyampaikan isi
hatinya sampai ke pembaca dengan baik. Andar Ismail adalah seorang penulis yang
baik. Berbagai tulisannya berkesan dan dapat sampai ke hati para pembacanya.
Saya salah seorang yang tumbuh dari karya-karya Andar Ismail. Bermula dari
sebuah buku renungan kecil dengan judul "Selamat Melayani Tuhan",
yang diberikan seorang teman belasan tahun lalu kepada saya sebagai hadiah
ulang tahun. Dari situlah, saya mulai menyukai karya-karya pak Andar, terlebih
karya Seri Selamat. Ada banyak hal menarik yang disampaikannya di dalam tiap
judul buku tersebut. Salah satu yang saya sukai adalah "Selamat
Menabur". Buku itu berisi tentang didik-mendidik beserta nilai dan
filsafat pendidikan. Yesus sebagai Guru Agung disoroti oleh pak Andar dalam
buku tersebut. Menurut pak Andar mendidik itu menabur. Pendidik tidak perlu
tergesa-gesa mengharapkan hasil tuaiannya; ada waktunya.
Berbagai tema, pak
Andar ulas dengan baik. Mulai dari musik, sosok inspiratif, isu, doktrin dan
lainnya. Semuanya dijelaskan dengan baik, bahkan jenaka. Ada juga tulisan pak
Andar yang bahkan mengkritik para pendeta yang berjudul "Ketika Pendeta
Berbicara". Di situ pak Andar melakukan survei kepada para pendeta di
Jakarta terhadap minat baca, dan hasilnya sungguh ironis. Minat baca para
pendeta sangat minim. Akibatnya, kualitas khotbah kualitas khotbah para pendeta
hanya berbahasa puitis tapi isinya berputar di situ-situ saja. Ada juga, supaya
terlihat "keren" digunakanlah berbagai istilah teologis yang sukar
untuk dimengerti umat. Pak Andar sering bilang, seorang pendidik harusnya
menyederhanakan yang rumit bukan sebaliknya merumitkan yang sederhana. Pendeta,
guru, dan dosen punya peran tersebut. Itulah prinsip pedagogis. Pak Andar
mempraktikkan semuanya dalam karyanya Seri Selamat.
Satu dekade yang lalu saya berkesempatan bertemu beliau di acara
"Temu Penulis" yang diadakan BPK Gunung Mulia Jakarta. Saya merasa
senang karena bertemu dengan sosok inspiratif itu. Dalam acara tersebut saya
dihadiahi buku karena menjawab pertanyaan seputar Seri Selamat. Namun kesan
saya terhadap beliau ternyata berbeda setelah bertemu langsung. Pikir saya pak
Andar orang yang tegas, lugas bahkan komunikatif dalam berbicara seperti di
karyanya Seri Selamat. Pak Andar menunjukkan sebaliknya. Hal ini terlihat
ketika sesi tanya jawab berlangsung. Sebelum membacakan berbagai pertanyaan, pak Andar sambil tertawa kecil bilang "Jangan tanya yang sulit-sulit ya
nanti saya tidak bisa jawab". Hampir semua ruangan tersenyum. Beliau
melanjutkan menjawab pertanyaan dengan nada suara yang pelan dan intonasi yang
rendah, namun semua dilakukannya dengan tulus. Kami para pembaca karya pak
Andar waktu itu berbahagia karena bisa bertemu dengan dia, pak Andar dengan
senang memberikan apresiasi kepada para pembaca yang dengan setia membaca,
bahkan menunggu karya Seri Selamat berikutnya. Pak Andar sadar, bahwa tanpa
pembaca setia, mungkin tidak akan terlahir berbagai karya yang ia hasilkan,
terkhususnya Seri Selamat.
Sekarang pak Andar telah
menyelesaikan berbagai karyanya di dunia dengan menjadi berkat bagi banyak
orang dan memuliakan nama Tuhan. Pak Andar telah menjadi inspirasi bagi banyak
orang. Sungguh, suatu hidup yang dipersembahkan untuk melayani Tuhan lewat
sesama. Kini beliau telah berpulang dengan menorehkan berbagai nilai hidup yang
luhur yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua yang masih hidup. Seorang
bapa gereja pernah berujar: "Kematian bagi orang benar bagaikan seorang
pelaut yang merindukan pelabuhan yang tenang, tapi bagi orang fasik bagaikan
kapal yang karam". Selamat kembali ke Penciptamu. Selamat berlabuh dalam
pelabuhan iman. 🍃
(Berpose di BPK GM Jakarta bersama rekan-rekan mahasiswa pascasarjana
UKI Jakarta yang sebagian besar kini
bergelut di bidang pendidikan, khususnya di pendidikan Kristen)
Komentar
Posting Komentar