Manusia Itu Kepo

Di sebuah lorong kecil di tengah padatnya pemukiman penduduk, bocah-bocah setempat bermain dengan riangnya. Sesekali mereka saling mengejek lalu tertawa kemudian melanjutkan dengan permainan sepak bola walaupun tempat tak memungkinkan. Suasana di siang hari seperti itu jelas menganggu waktu istirahat saya untuk melanjutkan kuliah di sore hingga malam hari.

Di tengah perbincangan mereka yang serius tiba-tiba saya membuka pintu kamar kos saya yg berada persis di depan mereka bermain.  Dengan rasa penasaran, saya  bertanya kepada mereka apa yang mereka perbincangkan sehingga menjadi bahan tertawaan dan efeknya menganggu waktu istirahat siang saya. Berharap mendapat jawaban, eh malahan saya dibuat bingung dengan sebuah istilah baru yang saya tidak tahu. Para bocah itu dengan serempak menunjuk ke arah saya sambil tertawa dan mengatakan: “ah abang kepo ah”. Kepo?  Apa itu kepo?

Yah kepo, istilah sekarang yang biasa digunakan untuk seseorang yang mau mencari tahu tentang sesuatu. Entah itu penting atau tidak, yang penting dia mau untuk tahu sehingga rasa penasarannya terjawab.  Seperti saya kepo terhadap pembicaraan para bocah yang membuat mereka tertawa dan menganggu istirahat saya. Padahal isi pembicaraan itu kurang penting, yang lebih penting adalah mereka menjadi masalah ketika tertawa lepas itu.

Apakah kepo itu sifat manusia? Manusia memang pada dasarnya makhluk pencari tahu. Seorang anak kecil jika dilarang mendekati api maka tidak sepenuhnya dia mematuhi perintah orangtuanya. Bisa jadi yang dilakukannya adalah menyentuh api atau sumber api itu sehingga dia kaget dan menangis karena merasakan panas membakar kulitnya. Sifat mencari tahu dari manusia juga disebut dengan istilah “curiosity behavior” atau perilaku ingin tahu. Perilaku ingin tahu ini dimiliki oleh setiap manusia. Seorang yang kelihatan cuek akan sesuatu pun pasti di sisi lain memiliki perilaku keingintahuan.

 Perilaku ingin tahu dari manusia jika diarahkan ke hal-hal yang baik pasti akan sangat bermanfaat. Misalnya seorang anak yang suka terhadap musik dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi maka jika diarahkan anak tersebut akan menjadi pemusik yang hebat di masa depan karena sering berlatih dan mempelajari hal-hal yang baru tentang musik. Dalam bidang studi yang lain pun demikian.

Sebaliknya jika rasa ingin tahu hanya diarahkan untuk mencari tahu kejelekan orang, masa lalu dan aib dari orang lain maka itu hanya merugikan kita sendiri karena tidak bisa mengarahkan perilaku ingin tahu kita terhadap hal-hal yang bermanfaat. Memori dalam otak kita punya kapasitas tertentu untuk menampung dan merampung berbagai informasi di sekitar kita. Jika kita seperti anak kecil yang mengarahkan perilaku keingintahuannya terhadap musik maka itu akan bermanfaat bagi dirinya dan bahkan juga bagi orang lain di masa depan jika dia menjadi pemusik yang hebat. Sebaliknya, jika kita menampung dan merampung informasi yang kurang penting apalagi buruk tentang orang lain maka iu hanya akan menjadikan kita penggosip ulung dan tidak akan bermanfaat bagi diri kita dan orang lain, malahan merugikan.

Tidak semua hal di dunia ini harus kita ketahui, tapi ada banyak hal baik di dunia ini yang harus kita ketahui. Kita perlu tahu tentang kasih Tuhan, kita perlu tahu bahwa diri kita berharga, kita perlu tahu bahwa banyak orang mengasihi dan membutuhkan kita dan kita perlu tahu bagaimana membuat diri kita menjadi bermanfaat bagi orang lain, menajadi berkat bagi diri sendiri dan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Jadi perlukah kita menjadi kepo? Yah, untuk hal yang bermanfaat! Jika seseorang masih kepo terhadap mantan kekasihnya dan terus mencari tahu tentang berbagai hal lewat media sosial, itupun tidak bermanfaat untuk dirinya. 

Terus kira-kira apa yang saya lakukan jika bocah-bocah itu ribut dan tertawa lagi di depan kamar saya yah? Ah, pemirsa mulai kepo ni...!  Pastinya ketika bocah-bocah mulai ribut saya tidak akan kepo lagi, langsung saya siram saja dengan air cucian hehehehe.

Komentar

Postingan Populer